BATAM – Eks Kepala Badan Intelijen Strategis (KABAIS) Laksda TNI (Purn) Adv Soleman B Ponto mempertanyakan perubahan baku mutu air laut di wilayah laut ZEE sekitar pulau Natuna pada tahun 2023 akibat dampak dari tumpahan minyak/spill oil yang menjerat terdakwa Nahkoda Kapal MT Arman 114 Mahmoud Mohamed Abdelaziz Mohamed Hatiba (MMAMH).
Kasus ini sendiri saat ini tengah bergulir di Pengadilan Negeri Batam dan akan memasuki agenda pembacaan putusan dari majelis hakim pada Kamis 27 Juni 2024 nanti.
Terdakwa MMAMH dinyatakan bersalah oleh Jaksa Penuntut Umum karena telah melakukan tindak pidana pencemaran lingkungan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 98 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang.
“Pasal 98 itu pasal bersyarat, dia bisa diterapkan apabila persyaratan telah terpenuhi. Syaratnya di situ dinyatakan kalau baku mutu air laut itu berubah, baru dia dihukum seperti tuntutan Jaksa itu. Tapi, kalau satu kapal (limbah) pun ditaruh di laut itu, kalau baku mutu tidak berubah, dia tidak salah,” kata Soleman B Ponto kepada wartawan usai menyaksikan persidangan di ruang Kusumah Atmadja Pengadilan Negeri Batam, Kamis 13 Juni 2024.
Sejak awal, kata dia, dalam kasus ini dirinya sudah pernah dilibatkan menjadi saksi ahli meringankan kapten kapal sekitar bulan Juli 2023 sebelum perkara ini diserahkan ke Kejaksaan.
“Yang ajukan itu Kuasa Hukum kapten kapal, Tekky Torreh. Dia saat itu mewakili owner kapal. Namun, pada saat persidangan saya tidak pernah dipanggil lagi menjadi ahli (A de Charge). Padahal di BAP saya sudah memberikan keterangan,” ujarnya.
Hal ini lah yang membuat Soleman B Ponto keheranan pada proses hukum perkara ini, terlebih lagi kasus MT Arman 114 ini menyajikan cukup banyak drama dan “Intrik” beberapa waktu belakangan mendekati setahun sejak kapal pertama kali ditangkap.
“Saya justru merasakan kasihan dengan terdakwanya saja. Apakah dia paham atau tidak apa yang sedang dia hadapi pada proses hukum di Indonesia. Jangan-jangan dia tidak paham apa yang sedang terjadi, makanya saya akhirnya memutuskan melihat langsung jalannya persidangan,” ungkapnya.
Artikel "Designing Spaces for Effective Group Brainstorming" oleh Melvin Halpito, Managing Director MLV Teknologi, membahas…
Indonesia tengah menghadapi tekanan ekonomi yang kompleks dan multidimensi. Ketidakstabilan global yang dipicu oleh ketegangan…
PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan dan kemudahan bagi para pelanggan,…
Jakarta, Kompas – Di tengah meningkatnya minat generasi muda untuk berkarier di dunia digital, masih…
Yogyakarta — KA Bandara area Yogyakarta mencatat ketepatan waktu keberangkatan (on-time performance/OTP) yang sangat tinggi…
Harga Bitcoin tercatat stabil pada level $84.447 pada Senin pagi (14/4), di tengah sentimen pasar…
This website uses cookies.
View Comments