BATAM – Aksi Unjuk rasa yang dilakukan puluhan tenaga kesehatan pascapemutusan hubungan kerja (PHK) 28 karyawan Rumah Sakit Camatha Sahidya (RSCS) Panbil, Batam, berlangsung dengan suasana haru pada Senin (10/2/2020).
Puluhan perawat tampak tidak dapat lagi membendung air matanya saat berunjuk rasa akibat pemutusan kerja secara sepihak yang dilakukan menajemen RSCS.
Koordinator aksi, Anwar Gultom mengatakan, 28 korban PHK meminta pemerintah Kota Batam memberikan keadilan.
“Bapak Wali Kota! Pejabatmu mendindas rakyatmu, Bapak Wali Kota! Rakyatmu tidak diberikan keadilan. Kejadian yang sangat luar biasa. 28 orang para pekerja medis, para pekerja bidan dicampakkan begitu saja,” ujarnya ketika berorasi diatas mobil komando di halaman kantor Pemko Batam.
“Bapak Wali Kota! Dalam demo ini air mataku terus mengalir. Tidak ada keadilan buat mereka. 28 orang dicampakkan begitu saja hanya karena menanyakan gaji terlambat. Empat hari gajinya terlambat begitu ditanya mereka malah dicampakkan,” lanjutnya.
Sementara itu, salah satu perwakilan perawat, Maulida mengatakan, puluhan perawat tersebut hanya menanyakan alasan mengapa gaji mereka terlambat karena itu merupakah hak mereka.
“Kami cuma menanyakan apa alasan keterlambatan upah kami. Kapan upah kami akan dibayarkan karena kami sudah menunggu selama 4 hari tidak ada informasi apapun yang disampaikan kepada kami kapan gaji yang akan dikeluarkan,” ujarnya.
“Kami menggantungkan harapan kami dari upah kami, Kami menghidupi anak-anak kami, kami menghidupi keluarga kami. Salahkah kami ? Kalau memang kami salah katakan itu salah. Panggil kami bukan dengan memberikan surat PHK tanpa mendiklairkan apa alasan kami. Kami tidak mogok bapak-bapak ibu-ibu,” lanjutnya.
Dijelaskan, 28 orang perawat tersebut tidak semuanya yang sedang dalam jam pelayanan di RSCS.
“Kami datang dari rumah. Kami tidak semuanya pelayanan. Ada yang masih memberikan surat sakit rawat inap datang dari rumah menanyakan gaji, ada yang pulang kerja, ada yang bekerja di shift berikutnya tetapi itu dituduh mogok tidak sah,” jelasnya.
Menurutnya, pihak RSCS tidak mempunyai etikad baik terhadap 28 perawat tersebut.
“Sampai saat ini tidak ada itikad baik bapak-bapak ibu-ibu. Sampai saat ini saja slip gaji kami saja tidak pernah diberikan. Dimana letak keadilan kepada kami? Ada yang sampai dua puluh tahun kami berkerja mengabdikan diri dirumah sakit tersebut. Orang-orang liburan kami tetap bekerja di Rumah Sakit. Kami adalah profesi ujung tombak bagi pelayanan kesehatan. Tapi apa yang dilakukan pihak menajemen kepada kami ? Berikan keadilan kepada kami,” pungkasnya.
(Shafix)
PT Bambang Djaja, pabrik trafo terkemuka di Indonesia, dengan bangga memperkenalkan trafo kering sebagai solusi…
LINGGA – Menyambut Tahun Baru Imlek 2025 yang jatuh pada 29 Januari mendatang, suasana malam…
Pendiri CLAV Digital, Andrea Wiwandhana, menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para korban kebakaran yang baru-baru ini…
Swarga Suites Bali Besrawa resmi memulai tahap awal proyek perluasannya melalui upacara groundbreaking yang menjadi…
Jakarta, 16 Januari 2025 - Bitcoin kembali menarik perhatian dunia setelah berhasil menembus angka psikologis…
Casa Domaine akan menghadirkan 2 Show Unit Premium Luxury pada awal Tahun 2025 ini. Kedua…
This website uses cookies.