BATAM – Revitalisasi Museum Raja Ali Haji, Batam Centre akan segera rampung bulan ini. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Batam, Ardiwinata menjelaskan bahwa revitalisai museum mulai digarap 2019.
Anggaran paket revitalisasi oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini memakan anggaran sebesar Rp 500 juta. Mulai dari pemasangan plang nama, perbaikan plafon lantai 1, area parkir, pintu, dinding, hingga penambahan unit AC.
“Itu tahap awal dulu, saat ini tulisannya memang masih berwarna putih. Nantinya akan kita hias dan ditambah lampu sehingga cantik seperti Dataran Engku Hamidah,” ungkapnya, Selasa (21/01/2020).
Dijelaskan Ardi, pihaknya menargetkan pengerjaan revetalisasi museum rampung di bulan ini. Sehingga museum Raja Ali Haji dapat menjadi destinasi baru bagi wisatawan.
Selain itu Museum huga dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran kebudayaan Melayu di Batam bagi para pelajar.
“Kami perkirakan akhir bulan ini revitalisasi selesai. Biar kita langsung mempromosikan ke wisatawan baik domestik atau mancanegara,” lanjutnya.
Soal konsep Museum, Ardi mengemukakan bahwa Museum Raja Ali Haji mengusung konsep linimasa. Yaitu menggambarkan perjalanan sejarah Batam sejak masa Kerajaan Riau Lingga hingga Batam saat ini. Termasuk sejarah Kota Batam juga akan dituangkan dalam bentuk dua dimensi.
Foto-foto tiap masa ditempel di dinding museum secara berurutan. Dari Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Batam (OB), BJ Habibie, lalu KotaAdministratif, masuk Sejarah Astaka, dan Khasanah Melayu.
“Termasuk masa pembangunan infrastruktur atau Batam sekarang semua bisa dilihat di sini (Museum). LAM juga akan memberikan benda-benda pusaka sejarah melayu,” jelasnya.
Museum ini juga akan di isi berbagai benda yang terkait dengan kebudayaan masyarakat melayu di Batam. Seperti peralatan tradisional, upacara adat, pakaian adat, peninggalan sejarah, hingga keramik-keramik kuno.
Ardi mengatakan kehadiran museum ini diharapkan dapat menjadi daya tarik baru bagi wisatawan. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Sekaligus untuk memenuhi kebutuhan warga Batam dalam mendapatkan informasi seputar sejarah peradaban di Batam.
“Selain menjadi destinasi wisata. Museum ini juga sebagai edukasi bagi pelajar di Batam,” harap pria kelahiran Selat Panjang itu.
Sebelumnya, Museum Batam yang telah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini menunjukkan beberapa koleksinya yang cukup menarik. Salah satunya bangkeng yang merupakan tempat menyimpan baju pengantin melayu yang diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun sudah terpajang di Museum Batam di Dataran Engku Putri.
Selain bangkeng atau rukop, juga terlihat peralatan rumah berbahan kuningan yang sangat khas dari kebudayaan melayu. Seperti pahar, tempat hidangan berkaki. Kemudian semberit, tempat hidangan berkaki ukuran kecil. Selanjutnya ada talam, tempat hidangan tak berkaki. Serta sanggan atau alas dan sangku tempat air cuci tangan.
“Ini juga ada tepak sirih yang berisikan kacip untuk membelah pinang; cembul tempat pinang, gambir, tembakau, dan kapur; alas tepak yang disebut puan, serta keto tempat membuang sisa makan sirih pinang,” paparnya.
Pada koleksi di sudut “Masa Riau Lingga” juga terlihat kaki dian atau tempat meletakkan lilin. Selain itu juga terdapat embat-embat, tempat air wangi. Dan kupi, tempat menyimpan peralatan menjahit.
Koleksi lain yang dimiliki Museum Batam untuk perlengkapan rumah masyarakat melayu zaman dahulu adalah belange obat periuk. Yaitu tempat untuk merebus ramuan obat-obatan. Juga terlihat tempat air basuh tangan, lekar atau alas periuk, hingga tudung saji.
“Di sisi lain museum ini juga akan ada galeri foto sejarah Batam, dari zaman Belanda sampai sekarang,” paparnya.
Elang