BATAM – Ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Listrik (AMPLI) melakukan aksi damai menuntut rencana kenaikan tarif listrik sebanyak 45 persen di kaji lebih dalam di depan Kantor DPRD Batam, Senin(6/3) pagi.
Pantauan lapangan, ratusan massa tersebut datang ke kantor DPRD Kota Batam sambil membawa sebuah keranda dan spanduk yang berisikan penolakan tarif dasar listrik Bright PLN Batam.
Salah satu orator mengatakan bahwa kenaikan TDL sebanyak 45 persen tersebut sangat merugikan masyarakat Batam dan meminta Gubernur dan DPRD Provinsi Kepri melakukan pengkajian ulang terkait TDL.
“Kami menuntut Gubernur Kepri untuk tidak mengambil keputusan dini sebelum memperhatikan ekonomi masyarakat Batam,” ucapnya lantang.
Dia juga meminta agar perwakilan masyarakat dilibatkan dalam pengkajian kenaikan tarif dasar listrik Batam.
“Selain itu kami juga meminta Bright PLN Batam segera melakukan pemerataan kelistrikan di pulau-pulau dan daerah lainnya di Batam, kalau tarifnya masih berbeda kami anggap ini merupakan sebuah diskriminasi,” lanjutnya.
Menurutnya kenaikan TDL sebesar 45 persen baru pertama kali terjadi di Indonesia dan besaran tarif tersebut sangat tidak sesuai dengan sila Pancasila yakni Keadilan sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
“Besaran ini sangat tidak adil, dan kami menganggap DPRD Provinsi sudah mengambil keputuaan secara sepihak, dengan ini kami jelas sangat dirugikan,” lanjutnya.
Page: 1 2
Inilah beberapa cara merawat kompor tanam gas agar awet, aman, dan tetap elegan. Dengan rutin…
Jakarta Timur – Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan…
PT Pelindo Solusi Logistik (“SPSL”) sebagai subholding BUMN Kepelabuhanan Pelindo mempertegas komitmennya mendukung upaya global…
PT Waskita Beton Precast Tbk (kode saham: WSBP) percaya bahwa penguatan penerapan Tata Kelola, Manajemen…
Pernikahan sering kali dianggap sebagai momen paling berharga dalam hidup seseorang. Ia bukan hanya tentang…
Bitcoin (BTC) kembali menjadi sorotan utama di pasar aset digital setelah seorang ekonom, Timothy Peterson, merilis…
This website uses cookies.