Pada 2021, ada 121 PMI pulang sebagai jenazah, sementara pada 2020 ada 87 orang, 2019 ada 119 orang dan 2018 ada 105 orang.
Ada tiga alur pemulangan jenazah PMI NTT yang meninggal di Malaysia. Pertama, dilakukan oleh agensi pekerja yang mempekerjakan mereka. Kedua, dipulangkan dengan bantuan gereja, baik Kristen maupun Katolik. Proses ketiga dibiayai oleh paguyuban.
“Jadi, ketika PMI NTT itu meninggal, mereka urunan, dari Paguyuban Sumba, Paguyuban Flores ataupun Paguyuban Timor. Karena per 1 Januari 2019, KBRI tidak punya dana pemulangan, kecuali untuk korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO),” jelas Suratmi.
Gotong royong membawa pulang jenazah ini didorong oleh keyakinan orang NTT bahwa mereka yang meninggal tetap hidup sebagai malaikat pelindung keluarga. Selain itu, masyarakat juga berprinsip, di mana ari-ari mereka ditanam, di situlah mereka harus kembali.
Karena itu, gelombang kepulangan PMI dalam peti mati tidak pernah menakutkan bagi calon PMI di NTT. Dalam sejumlah wawancara yang dilakukan Suratmi untuk mengetahui fenomena ini, salah satu alasan terkuat adalah bahwa mati adalah soal takdir.
Selain itu, masyarakat NTT sudah mengetahui detil rute perjalanan ke Malaysia. Ada delapan pelabuhan laut cukup besar yang menghubungkan kawasan ini dengan Batam, Nunukan atau pelabuhan di Kalimantan.
“Di dalam sejarah gereja Malaysia, orang NTT masuk Malaysia itu jauh sebelum Indonesia merdeka. Gereja di Malaysia betul-betul mencatat itu,” tambah Suratmi.
Upaya pencegahan sudah maksimal dilakukan BP3MI NTT untuk menekan arus PMI illegal, khususnya ke Malaysia. Namun, NTT memiliki 22 kabupaten/kota, 3026 desa, 15 bandara dan delapan pelabuhan laut, yang semuanya membutuhkan pengawasan. Pemerintah telah bekerja sama dengan keuskupan di seluruh wilayah, termasuk organisasi keagamaan dan organisasi masyarakat, tetapi hasilnya belum maksimal.
Suratmi ingat betul, ada satu kasus dimana calon PMI ilegal berusaha masuk Malaysia, dan tertangkap hingga tiga kali di tiga lokasi berbeda, yaitu Medan, Batam dan Pontianak. Meski selalu dipulangkan setelah tertangkap, calon PMI itu selalu mencari cara untuk masuk ke Malaysia tanpa dokumen resmi.
“Mereka lebih pintar. Jalurnya ini sudah banyak orang melaluinya, dan ada banyak pihak yang bisa memuluskan jalan sampai ke Malaysia,” kata Suratmi.
Di samping itu, perusahaan di Malaysia juga cenderung memilih PMI asal NTT karena dikenal dengan kondisi fisik yang tahan dalam cuaca panas. Mayoritas mereka direkrut di sektor perkebunan, pabrik kayu lapis dan proyek bangunan.