Kemudian, Julius juga menjawab terkait informasi yang menyebutkan ada enam prajurit TNI gugur dalam misi penyelamatan pilot Susi Air di Nduga.
“Sampai pukul 14.03 WIB informasi yang saya terima secara fisik hanya satu anggota atas nama Pratu Miftahul Arifin. Jadi kami belum mendapatkan informasi yang lain karena kesulitan untuk mencapai lokasi baik karena cuaca tidak menentu. Saya harap untuk mengacu dari informasi yang kami berikan,” ungkapnya.
Selanjutnya, untuk menindaklanjuti simpang siur informasi yang beredar terkait jumlah korban anggota TNI yang gugur di Nduga. Julius menyarankan agar merujuk kepada informasi yang disampaikan oleh Mabes TNI.
“Penyebaran informasi yang keliru akan berdampak tingkat keberhasilan operasi di lapangan. TNI sebagai patriot NKRI tidak pernah mundur sejengkal pun untuk menjaga wilayah kedaulatan dan itu masih konsisten dilaksanakan di Papua,” ucapnya.
Sementara itu juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengkalim pihaknya telah menembak mati sembilan prajurit TNI yang mencoba menyelamatkan pilot Susi Air. Awalnya, mereka menerima informasi hanya enam anggota TNI yang mereka tembak mati.
“Kami perlu laporkan di sini karena kami baru saja terima laporan awal konfimasi di mana pasukan Egianus Kogoya menyampaikan bahwa mereka sudah membunuh sembilan orang dan sembilan pucuk senjata sudah pindah tangan ke kami,” katanya.
Sebby mengatakan pihaknya telah mengajukan negosiasi damai untuk membebaskan pilot Susi Air berkewarganegaraan Selandia Baru yang mereka sandera. Namun, permintaan itu tak ditanggapi oleh TNI-Polri.
“Kami minta pemerintah Indonesia dan Selandia Baru membebaskan sandera melalui negosiasi damai. Tapi TNI-Polri kepala batu masuk. Kami perlu menegaskan bahwa Indonesia kalian punya pasukan militer yang terlatih. Tapi kalian tidak punya dasar hukum perang lawan pasukan kami. Karena secara hukum adat kalian datang sebagai pencuri, meneror, dan membunuh orang asli Papua,” pungkasnya./VOA