PLN Batam harus mempersiapkan rencana jangka panjang karena cadangan yang ada hanya surplus 50 MW, yakni dengan membangun pembangkit yang baru agar bisa memberikan pelayanan yang maksimal.
“Tahun depan ada pertumbuhan sekitar 10 persen. Artinya dari persediaan 430 MW sekarang ini, PLN Batam harus menyiapkan tambahan energi 10 persen setiap tahunnya,” ungkapnya.
Namun demikian kata Benny, di 2016 keuangan PLN Batam sudah tergerus untuk biaya pemeliharaan, perbaikan dan operasional pembayaran energi primer.
“Otomatis kalau tidak ada uang untuk memelihara pembangkit yang ada berarti apalagi membangun yang baru. Kalau kita statusnya merugi tentu kita tidak bisa membangun jaringan yang baru,” tambah Benny.
“Berdasarkan annual report 2016 kita untung dari jualan berbagai macam golongan ada industri, bisnis, pemerintah, rumah tangga. Secara keuangan untuk golongan Rumah Tangga 6-10 A itu kita rugi. Tapi secara keseluruhan kita memang masih punya margin, tapi marginnya itu tidak bisa menopang lagi di 2016 karena untungnya itu dari penghitungan 2015,” jelasnya kemudian.
Ia menjelaskan, penetapan tarif perlu disesuaikan dengan harga bahan bakar/energi primer, kurs dollar dan inflasi. Saat ini tarif untuk Rumah Tangga di Bintan Rp 1.459/kWh. Sedangkan untuk golongan Rumah Tangga yang sama untuk 6-10 A di Batam tarifnya adalah Rp 950/kWh.
“Kita mau PLN Batam penyesuaian, tapi tarif penyesuaian harus melalui pengajuan ke Pemprov Kepri agar mendapat persetujuan Gubernur dengan pertimbangan dari Dewan,” ungkapnya.
Leave a Reply
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
