Pemerintah mendukung penyelamatan lumba-lumba, bekerja sama dengan Dolphin Project, yang didirikan oleh ayah Lincoln, Ric O’Barry, yang juga ikut dalam pelepasan tersebut.
Ric O’Barry pernah menjadi pelatih lumba-lumba untuk acara TV tahun 1960-an “Flipper.” Namun ia kemudian melihat jumlah korban pada hewan-hewan tersebut. Dia telah mengabdikan hidupnya untuk mengembalikan lumba-lumba ke alam liar.
Para pekerja pusat rehabilitasi tersebut bertepuk tangan saat lumba-lumba berenang keluar. Wahyu Lestari, sang koordinator, mengatakan dia agak sedih melihat mereka pergi.
“Saya senang mereka bebas, dan mereka akan kembali ke keluarga mereka,” katanya. “Mereka seharusnya berada di alam liar karena mereka dilahirkan di alam liar.”
Lumba-lumba yang dibebaskan akan dipantau di laut dengan pelacakan GPS selama setahun. Mereka dapat kembali untuk berkunjung ke tempat suakanya, meskipun tidak jelas apa yang akan mereka lakukan. Mereka mungkin bergabung dengan kawanannya yang lain, tetap bersama, atau berpisah.
Lumba-lumba yang disekap dalam rombongan sirkus diangkut dari kota ke kota, disimpan dalam air yang mengandung klorin, ditahan dalam isolasi atau dipaksa untuk berinteraksi dengan turis. Mereka seringkali mengalami cedera akibat perlakuan selama dalam penyekapan.
Johnny, lumba-lumba tertua, memiliki gigi yang aus hingga di bawah garis gusi ketika dia diselamatkan pada 2019. Awal tahun ini, dokter gigi memberinya mahkota gigi bergaya lumba-lumba sehingga dia sekarang bisa menjepit ikan hidup.
Ric dan Lincoln O’Barry telah menghabiskan waktunya selama setengah abad untuk bekerja menyelamatkan lumba-lumba dari penangkaran di lokasi dari Brazil hingga Korea Selatan dan Amerika Serikat. Pelepasliaran pada Sabtu (4/9) adalah penyelamatan pertama di Indonesia./VOA