Para pendukung mengatakan mereka tidak bisa disalahkan atas apa yang terjadi setelah kekalahan Arema dari rival terberat mereka -Persebaya- selama lebih dari dua dekade.
Aparat tampaknya menyalahkan penggemar “anarkis” sebelum menskors sembilan petugas dan memecat kapolsek setempat.
Bencana tersebut tampaknya menyorot kelompok pendukung “super loyal” Indonesia, yang hampir dapat terlihat seperti milisi yang terlatih dalam pertempuran. Mereka menggunakan seragam dan mengikuti perintah komandan yang menggunakan megafon dalam memberikan komando.
Kelompok-kelompok dalam sub-budaya ini, seperti Curva Nord Persija di Jakarta, memiliki lagu-lagu spesial untuk menyemangati tim jagoan yang terinspirasi oleh ultra Italia.
Para atlet menggunakan kendaraan lapis baja untuk mencapai lapangan hijau tempat berlaga. Namun para suporter klub terbesar itu dilarang mendekati. Pasalnya sejumlah kasus menunjukkan terdapat beberapa suporter bersenjata yang menunggu di jalan raya untuk menyerang pelatih klub lawan mereka.
Beberapa penggemar mengenakan kaus bertuliskan slogan “sampai mati.” Massa dalam beberapa kasus yang terjadi, bahkan sampai memukuli penggemar tim rival sampai tewas.