Demikian halnya dengan perempuan paruhbaya yang akrab disapa Mak Long, ikut merasakan hati yang lega saat berada di kerumunan warga yang tengah berkumpul dan berdiskusi.
“Tiap hari saya takut terus selama ini. Terkadang saya mengunci pintu supaya tidak ada petugas yang masuk rumah. Pokoknya kami gak mau dicabut dari tanah moyang kami,” ujar Mak Long.
Dalam diskusi tersebut warga juga membahas masalah pertanian yang belum diperhatikan dalam isu-isu permasalahan di Pulau Rempang. Padahal di Sembulang sendiri mampu menyumbang 10 hingga 12 ton sayuran per hari untuk mensuplai kebutuhan di Kota Batam.
Jika pertanian ditutup, maka efek-efek lain juga akan banyak yang muncul seperti kelangkaan sayur yang bisa mendorong kenaikan harga, hilangnya pekerjaan dari rantai pekerjaan sayuran, hingga naiknya pengeluaran untuk kebutuhan sayur bagi masyarakat di Kota batam.
“Saya kira efek domino dari hal ini juga penting diperhatikan,” terang Mang jaja./Din
Page: 1 2
JAKARTA, Selasa 11 November 2025 – Sebagai AI Factory dari Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Group,…
BRI Branch Office Jatinegara menyelenggarakan kegiatan Tenant Gathering yang bertempat di Mall Basura City, Jakarta…
Jakarta, 7 November 2025 – PT PP (Persero) Tbk (“PTPP”), perusahaan konstruksi dan investasi nasional di…
Risiko adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan pembangunan. Namun, kesadaran masyarakat Indonesia dalam memahami…
Dalam rangka memastikan kesiapan pelayanan transportasi kereta api pada masa Angkutan Natal 2025 dan Tahun…
Komisi Pemilihan Umum India (Election Commission of India/ECI) menyambut kunjungan delegasi dari Komisi Pemilihan Umum…
This website uses cookies.
View Comments