Demikian halnya dengan perempuan paruhbaya yang akrab disapa Mak Long, ikut merasakan hati yang lega saat berada di kerumunan warga yang tengah berkumpul dan berdiskusi.
“Tiap hari saya takut terus selama ini. Terkadang saya mengunci pintu supaya tidak ada petugas yang masuk rumah. Pokoknya kami gak mau dicabut dari tanah moyang kami,” ujar Mak Long.
Dalam diskusi tersebut warga juga membahas masalah pertanian yang belum diperhatikan dalam isu-isu permasalahan di Pulau Rempang. Padahal di Sembulang sendiri mampu menyumbang 10 hingga 12 ton sayuran per hari untuk mensuplai kebutuhan di Kota Batam.
Jika pertanian ditutup, maka efek-efek lain juga akan banyak yang muncul seperti kelangkaan sayur yang bisa mendorong kenaikan harga, hilangnya pekerjaan dari rantai pekerjaan sayuran, hingga naiknya pengeluaran untuk kebutuhan sayur bagi masyarakat di Kota batam.
“Saya kira efek domino dari hal ini juga penting diperhatikan,” terang Mang jaja./Din
Page: 1 2
Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…
BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…
Jakarta, 19 November 2024 - Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), pertumbuhan transaksi…
Indonesia Blockchain Week (IBW) 2024 sukses diselenggarakan pada 19 November 2024 di The Ritz-Carlton Pacific…
Jakarta, 20 November 2024 - BINUS UNIVERSITY, sebagai Perguruan Tinggi Indonesia berkelas dunia mengucapkan terima…
BATAM - Kepala BP Batam sekaligus Wali Kota Batam, H. Muhammad Rudi mengajak seluruh elemen…
This website uses cookies.
View Comments