Ia menambahkan bahwa konflik antara warga, aparat, dan perusahaan yang bertugas mengelola kawasan harus segera diselesaikan melalui dialog.
“Pada dasarnya, bumi dan air dikelola negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Segala kebijakan harus berpihak pada kesejahteraan masyarakat setempat,” kata Sugeng.
Proyek Rempang Eco-City telah menjadi perhatian publik karena melibatkan investasi besar sekaligus menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap masyarakat lokal. Sugeng berharap pemerintah mampu menjadi mediator yang adil untuk menyelesaikan permasalahan ini.
“Keberhasilan proyek ini tidak hanya diukur dari aspek ekonomi, tetapi juga dari bagaimana masyarakat sekitar dapat merasakan manfaat langsung tanpa kehilangan hak atas tanah dan budaya mereka,” tutupnya./PT
Page: 1 2
Maraknya praktik jual-beli akun dan penyalahgunaan data pribadi di dunia digital menimbulkan kekhawatiran baru di…
Yuk ke CFD fX Sudirman 15 Juni! Ikuti event #HelloEnglish1 dari English 1 ada games…
BATAM - Ketua Kelompok Diskusi Anti 86(Kodat86), Tain Komari angkat bicara soal penanganan kasus dugaan…
Jakarta, 13 Juni 2025 – PT PP (Persero) Tbk (“PTPP”) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pembangunan…
Halo Sobat #SadarRisiko! Jelang akhir bulan, seringkali kita merasa cemas karena gajian masih seminggu lagi,…
Skutik anyar Yamaha yang baru saja diluncurkan untuk memenuhi segala kebutuhan mobilitas masyarakat Indonesia yang…
This website uses cookies.
View Comments