BATAM – Kondisi ketersediaan air baku enam waduk di Batam menurun drastis hingga awal Maret 2020. Penurunan level muka air yang paling signifikan terjadi pada waduk terbesar di Batam, yakni Duriangkang.
“Penurunan terbesar ada di waduk Duriangkang yang menopang sekitar 70 persen kebutuhan air di Batam,” ungkap Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan BP Batam, Binsar Tambunan pada saat konferensi pers di ruang marketing BP Batam, pada Kamis (05/03/2020).
Binsar menerangkan, penurunan ketinggian muka air di waduk Duriangkang tercatat mencapai 2 cm per hari dan hingga saat ini penurunan sudah mencapai total 3 meter, yakni dari tinggi elevasi awal mencapai 7,5 meter turun menjadi hanya 4,5 meter.
“Apabila 3 bulan ke depan tidak turun hujan, inilah yang menyebabkan kita akan masuk dalam krisis air baku,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, Head of Corporate Secretary PT ATB, Maria Jacob mengungkap PT ATB sebagai operator yang mengelola dan mendistribusikan air bagi pelanggan di Batam tidak akan bisa optimal mendistribusikan apabila sumber air terbatas.
Ia menambahkan untuk menjaga umur waduk, PT ATB akan menjalankan skema penggiliran air bagi para pelanggan.
“Kami harus melakukan penggiliran air dari waduk Duriangkang, Piayu dan Muka Kuning apabila level waduk minus (-) 3,23 meter,” jelas Maria.
Penggiliran air akan berdampak pada 228.900 pelanggan, termasuk diantaranya pelanggan domestik, komersial dan industri.
Jadwal penggiliran direncanakan dilakukan dengan skema 2 hari off, 5 hari on yang akan dimulai sekitar 15 Maret 2020.
(Siska)