Barangkali memang benar yang diungkapkan Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sugiyono. M.Pd, dalam kesempatan tidak lama ini yang diikuti penulis pada Kongres IQRA dan Seminar Nasional Penelitian Kualitatif. Sugiyono berkata kepada para dosen bahwa “jika dosen hanya mengajar saja, dosen itu ibarat tukang becak!”
Dosen yang hanya mengajar, barang tentu masih sebatas pekerja keras saja. Ia hanya menunaikan tugas pengajar. Memeras segalanya untuk menghadapi mahasiswa di kelas. Sudah sampai itu saja. Apakah itu salah? Tentu tidak salah. Namun, dosen sebagai ‘masyarakat’ perguruan tinggi (PT) mengemban tugas menunaikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dosen tidak hanya bertugas sebagai pengajar saja, ia juga harus melakukan penelitian serta pengabdian masyarakat.
Pertama, dosen melakukan pendidikan/pengajaran. Kedua, penelitian dilakukan untuk menemukan atau membuktikan segala sesuatu secara ilmiah. Ketiga, pengabdian dilakukan untuk menerapkan ilmu kepada masyarakat lebih luas. Ketiga dharma tersebut jika sudah dilaksanakan, maka lengkap sudah kewajiban, tugas hidup, dan kebajikan sebagai dosen. Namun setelah diselami oleh berbagai PT di negeri ini, tiga dharma itu saja ternyata belum cukup untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik. Ada dharma keempat yang perlu ditambahkan oleh berbagai PT atas dasar karakternya masing-masing.
Misalnya PT agama menambahkan dharma pengembangan yang bersumber pada kitab suci agama tertentu. PT berbasis kewirausahaan diterapkan dharma kewirausahaan, PT berbasis pendidikan menambahkan dharma peneladanan, kebudayaan dan lain sebagainya. Barang tentu, terkait dasar dan latar belakang dari PT, melalui dharma keempat mahasiswa beserta segenap masyarakat kampus digiring melalui mata kuliah dan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mewujudkan visi-misi kampus dengan karakternya masing-masing. Dengan masih bertumpu pada pendidikan sebagai ikhtiar memanusiakan manusia. Mewujudkan manusia sebagai kaum yang unggul dan terpelajar.
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) menjadi tanggungjawab para dosen sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi di tengah wabah Covid-19 yang terjadi di Indonesia bahkan Dunia, mengakibatkan seluruh masyarakat Indonesia harus menerapkan physical distancing dalam semua kegiatan, termasuk kegiatan di sektor pendidikan.
Berdasarkan Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015, Kementerian Pendidikan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi prihal Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2020, dihimbau kepada semua peneliti dan pelaksana pengabdian masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dengan memperhatikan aspek keselamatan peneliti, orang lain, serta lingkungan selama pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Peran Lingkungan Akademis dalam Peneladanan
Dosen adalah salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan di Perguruan Tinggi. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.
Peran, tugas, dan tanggungjawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan Pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yang meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maji, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut diperlukan dosen yang professional.
Tugas utama dosen adalah melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi dengan beban kerja yang ideal. Kompetensi dosen menentukan kualitas pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagaimana yang ditunjukan dalam kegiatan profesional dosen. Untuk menjamin pelaksanaan tugas dosen berjalan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan maka perlu dievaluasi setiap periode waktu tertentu.
Membangun profesionalisme sehingga memiliki kompetensi yang maksimal, perlu adanya evaluasi beban kerja. Evaluasi dosen tersebut bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dosen tersebut bertujuan untuk meningkatkan professional dosen dalam melaksanakan tugas, meningkatkan proses dan hasil Pendidikan, menilai akuntabilitas kinerja dosen di Perguran Tinggi, meningkatkan atmosfer akademik di semua jenjang Perguran Tinggi dan mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasioanl.
Pendidikan yang dimiliki para dosen menjadi sumber ilmu untuk melakukan penelitian dan kemudian diaplikasikan terhadap masyarakat. Sebab, berbagai penelitian yang dihasilkan baik jurnal maupun buku ujungnya dapat meningkatkan kerier dan kesejahteraan dosen.
Tulang Punggung Pendidikan
Lingkungan akademis menjadi tulang punggung perkembangan pendidikan. PT berperan sepenuhnya dalam pengokohan mutu pendidikan sesuai dengan visi-misinya guna mencetak sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, unggul, berbudi luhur dan melek iptek. Jika perguruan tinggi diibaratkan sebagai sebuah kereta api, maka para dosen merupakan segenap gerbong yang memuat mahasiswa. Setelah dosen mampu menunaikan tri dharma, maka dosen perlu meneladankan. Dharma peneladanan tentu menjadi keutamaan dari dharma-dharma lainnya.
Apa guna pengajaran tanpa peneladanan, apa guna penelitian tanpa peneladanan, dan apa pula guna pengabdian tanpa peneladanan. Segala dharma itu bermuara pada peneladanan. Bahkan tidak berarti apa-apa nilai dharma kewirausahaan, pendidikan, kebudayaan, moral dan dharma keagamaan jika tanpa ada langkah peneladaan.
Dharma peneladanan mengontrol mana yang patut ditiru atau yang baik untuk di contoh dan mana yang tidak patut. Mengenai ketekunan belajar, prestasi, moral, nilai-nilai kebudayaan, agama dan kebaikan-kebaikan lain yang tentunya menjadi peneladanan yang baik.
Barangkali, sampai saat ini masyarakat kita masih yakin dengan pembelajaran melalui contoh. Segala sesuatu akan lebih mudah dipahami jika disampaikan melalui contoh. Barang tentu secara sederhana dapat disimpulkan, seseorang yang ingin pandai menulis, maka harus membaca karya-karya tulis. Seseorang yang ingin pandai berbicara, tentunya harus menjadi pendengar yang baik.
Dalam hal ini PT memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap generasi muda yang merupakan penentu masa depan bangsa. Jika generasi muda berkualitas rendah atau lemah dalam hal fisik maupun mental, maka dapat dipastikan suatu bangsa akan stagnan atau bahkan hancur dengan sendirinya. Mereka akan kebingungan ketika berhadapan dengan bangsa lain terkait kompetisi bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial, politik, keamanan, prestasi olahraga, kekayaan budaya, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, jika suatu bangsa ditopang oleh generasi bangsa yang kuat dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang berwibawa, berdikari, berdaulat, dan tentunya akan siap menghadapi persaingan global dengan bangsa-bangsa lain.
Dengan menaruh harapan besar melalui sebuah peneladanan, perguruan tinggi akan melahirkan generasi unggul yang mampu bersaing pada masa yang akan datang. Generasi pencipta, pemberi, dan penjaga makna kehidupan. Bukan menjadi generasi semacam yang dialami Sisifus dalam mitologi Yunani.
Sisifus yang terus menerus mendorong sebuah batu besar sampai ke puncak sebuah gunung. Lalu dari puncak gunung, batu itu akan jatuh ke bawah oleh beratnya sendiri. Sisifus dikutuk untuk selama-lamanya mengulangi tugas yang sia-sia. Begitu berulang kali. Mendorong batu ke puncak gunung, namun pada akhirnya batu itu bergulir jatuh kembali.
Penulis: Dedi Epriadi, S.Sos., M.Si.
Dosen Program Studi Administrasi Negara Universitas Putera Batam