Anak Gajah Sumatra di Riau Mati Terserang Virus

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau, Boy Jerry Even Sembiring, mengatakan kematian gajah di unit konservasi taman wisata alam tak terlepas dari sejarah panjang hilangnya habitat satwa endemik Sumatra itu.

Menurut Boy, sejarah kehilangan habitat gajah di Riau pertama kali terjadi pada tahun 1992 akibat pembangunan PLTA Koto Panjang di Kabupaten Kampar. Ketika itu banyak gajah yang direlokasi ke habitat baru, misalnya Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Taman Nasional Tesso Nilo, Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, hingga TWA Buluh Cina.

Dengan demikian, gajah yang hidup di unit konservasi dinilai lebih rentan terserang virus. Itu lantaran gajah merupakan satwa yang memiliki daya jelajah tinggi di habitat aslinya.

“Kalau misalnya kematian gajah karena kena virus itu berhubungan dengan rusaknya habitat mereka. Gajah yang terkena virus ya wajar saja karena mereka butuh beradaptasi panjang (di habitat baru) karena satwa yang (membutuhkan) daya jelajah tinggi,” katanya.

Berdasarkan penelusuran VOA, EEHV pertama kali dideteksi menjangkiti gajah Afrika pada tahun 1970. Kemudian, kasus pertama pada gajah Asia menyerang mamalia darat besar tersebut di Kebun Binatang Washington, AS, pada tahun 1995.

Dugaan kasus EEHV pertama kali terjadi di Asia pada tahun 1997. Virus itu terdeteksi pertama kali pada tahun 2006 di Elephant Sanctuaru Cambodia. Selanjutnya EEHV ditemukan di negara-negara lain seperti Thailand, India, Nepal, Myanmar, Kanada dan Inggris.

Di Indonesia, kasus EEHV ditemukan di Aras Napal, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara (Sumut) pada tahun 2009. Kemudian, pada tahun 2011 di Tangkahan, Sumut, dan di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Bahkan, empat anak gajah sekaligus mati terserang EEHV di PKG Way Kambas. Empat gajah itu terdiri dari satu ekor anak gajah liar yang baru masuk PKG dan tiga ekor gajah jinak.

Virus itu diketahui bukan berasal dari gajah liar. Virus tersebut lebih mungkin menyerang gajah jinak. Akan tetapi gajah liar tetap bisa berpotensi tertular dari gajah jinak./VOA

Page: 1 2

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Tokocrypto Luncurkan Layanan OTC untuk Fasilitasi Transaksi Kripto Skala Besar

Jakarta, 5 November 2025 — Tokocrypto, platform perdagangan aset kripto terdepan di Indonesia, resmi meluncurkan layanan…

2 hari ago

Future Makers 2025: BINUS Bandung Tampilkan Semangat Creative Technology untuk Masa Depan

Bandung, 28 Oktober 2025 — Rangkaian kegiatan Future Makers 2025 yang diselenggarakan oleh BINUS University…

2 hari ago

Jaksa Cabut Banding Kasus TPPU Judi Online W88, Ini Kilas Balik Kasusnya

BATAM - Jaksa Penuntut Umum(JPU) Kejaksaan Negeri Batam telah mencabut perkara banding kasus tindak pidana…

2 hari ago

Misbakhun Dorong Skema Likuiditas dan Insentif Pajak untuk Sukseskan Program 3 Juta Rumah Prabowo

Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun mengusulkan penguatan skema likuiditas dan insentif fiskal bagi…

2 hari ago

Sidang Tuntutan Kasus Mini Lab Narkoba 2 Kali Tunda, Tuntutan Belum Siap Hingga Data SIPP PN Batam Sempat Gangguan

BATAM - Sidang Kasus Clandestine Mini Lab (Laboratorium Mini Rahasia) narkotika di Apartemen Kawasan Harbour…

2 hari ago

pixiv × hololive Indonesia Gelar “hololive Indonesia Art Battle!

Perusahaan pixiv Inc. yang kantor pusatnya berada di Shibuya, Tokyo dengan Yasuhiro Niwa sebagai CEO,…

2 hari ago

This website uses cookies.