BATAM – Kota Batam terancam kehabisan air bersih. Stok air baku diperkirakan hanya cukup sampai pada Juni 2020 nanti. Belum ada solusi kongkret, kelangsungan suplai bergantung pada tingginya intensitas hujan.
Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus mengatakan, sebenarnya perihal potensi krisis ini sudah terlihat sejak lama.Pihaknya juga sudah berupaya semaksimal mungkin sesuai kapasitasnya.
“Selalu berdoa agar hujan bisa turun dengan intensitas yang memadai dan dihindarkan dari potensi krisis air,” kata Maria Jacobus saat dihubungi, Sabtu (14/03/2020).
Dijelaskan Maria, sumber air bersih di Batam berasal dari lima waduk yang kini volumenya masing-masing mulai menyusut. Terparah terjadi di waduk Duriangkang yang ketinggian airnya mencapai minus -3,2 meter di bawah spillway.
Kondisi ini mengkhawatirkan, pasalnya waduk Duriangkang menopang 80 persen kebutuhan warga. Pada akhirnya, akan ada 228.900 sambungan pelanggan yang tak akan mendapat pelayanan air bersih jika suplainya benar terputus.
Penurunan volume air waduk dikatakan konsisten 2 cm per hari. Kondisi ini menurut Maria kiranya bisa dicegah atau diminimalisir. Kalau saja pemerintah selaku pemilik waduk mendengar masukan ATB pada 2015 lalu, dan segera mengambil langkah antisipatif guna meminimalisir potensi krisis.
“Kami melihat bahwa kita akan mengalami potensi krisis air sejak 5 tahun lalu. Kami telah memberikan masukan. Sayangnya, belum ada langkah strategis yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan air baku,” jelasnya.
Lanjutnya, pada saat itu ATB yang tidak memiliki kewenangan di waduk dan Daerah Tangkapan Air (DTA), menyarankan agar pemerintah segera mempercepat rencana shortcut by pass pipa (interkoneksi) antara Dam Tembesi dan Mukakuning.
Sayangnya interkoneksi ini baru dilakukan setelah potensi krisis berada di depan mata. Pemerintah dalam ini dinilai bergerak lambat soal antisipasi meminimalisir persoalan ketersedian air baku ini.
“Segera saja mempercepat rencana shortcut by pass pipa dari Dam Tembesi ke Mukakuning,” katanya.
Seperti diketahui, pelaksanaan rationing (penjatahan) yang dijadwalkan pada tanggal 15 Maret ditunda. Penjatahan baru dilaksanakan elevasi air waduk telah mencapai batas toleransi yaitu minus -3,4 meter di bawah spillway.
Penundaan ini katanya sesuai dengan intruksi BP Batam pasa 13 Maret. Kendati demikian pihaknya tetap menyarankan masyarakat waspada.
“Ancaman krisis belum berlalu. Tetap bijak menggunakan air seperlunya, agar keberlangsungan air bersih bisa terus dinikmati,” pungkasnya.
(Elang)
JAKARTA - Perdana di Indonesia, produk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Syariah (KIK EBA…
Jakarta, 13–14 November 2025 – BRI Region 6/Jakarta 1 turut berpartisipasi dalam gelaran ASN Expo…
Rental motor kini menjadi salah satu sektor transportasi yang tidak kalah penting dibandingkan rental mobil…
Gelaran ALFI CONVEX 2025 pertama resmi dibuka dan berhasil menarik lebih dari 2000 pengunjung di…
Jakarta, 8 November 2025 – Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK), berkolaborasi dengan Yayasan Indonesia Setara,…
JAKARTA, Selasa 11 November 2025 – Sebagai AI Factory dari Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Group,…
This website uses cookies.