Sementara itu, Ketua Dewan Pers Dr. Ninik Rahayu mengatakan, Diskriminasi gender masih menjadi tantangan yang harus dihadapi di berbagai sektor, terutama di lingkungan kerja.
Perempuan sering kali menjadi kelompok yang lebih rentan terhadap ketidakadilan dalam hal kesempatan kerja, penggajian, dan promosi. Dia menambahkan, Diskriminasi yang terjadi ini mencakup berbagai aspek, termasuk kesempatan kerja, penggajian, promosi, serta kondisi kerja.
Seperti: Peluang Kerja yang Tidak Setara, Kesenjangan Upah (Gender Pay Gap), Hambatan dalam Promosi Jabatan, Pelecehan dan Kekerasan di Tempat Kerja, Ketidaksetaraan dalam Hak dan Fasilitas.
“Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk terus mendorong kebijakan yang lebih inklusif dan adil guna menciptakan lingkungan kerja yang setara bagi semua,” imbuhnya.
Pandangan tak jauh berbeda diutarakan Nicky Clara, seorang Sosial Entrepreneur yang juga merupakan pemilik usaha fashion berbasis pemberdayaan disabilitas, menekankan bahwa perempuan dan penyandang disabilitas menghadapi tantangan berlipat.
Ia membuktikan bahwa perempuan dapat berkontribusi besar dalam ekonomi melalui model socio-entrepreneurship.
“Memberdayakan satu perempuan berarti memberdayakan satu keluarga. Namun, masih banyak kebijakan yang perlu diperbaiki agar perempuan, khususnya yang berkecimpung dalam UMKM, mendapatkan akses yang setara,”tegasnya.
Irine Hiraswari Gayatri, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyoroti bagaimana feminisme global mengalami dinamika yang berbeda di setiap wilayah. Di Indonesia, ada kemajuan, stagnasi, bahkan kemunduran dalam berbagai aspek.
“Perempuan masih dianggap sebagai pihak kedua dalam banyak sektor, termasuk dalam kepemimpinan politik dan ekonomi. Interpretasi budaya dan agama sering kali mempermanenkan ketimpangan ini, sehingga perjuangan perempuan masih Panjang,” paparnya.
Diskusi “Patriotisme Perempuan: Dulu, Kini, dan Nanti” ditutup dengan pernytaan Wartawan Senior, Saur Hutabarat, menurut dia integritas berarti mengatakan apa adanya, konsisten, dan memiliki keselarasan antara kata dan perbuatan. Perempuan Indonesia telah membuktikan bahwa mereka mampu berjuang dalam berbagai situasi.
Kini, tantangannya adalah memastikan bahwa perjuangan ini terus berlanjut dengan dukungan kebijakan yang inklusif dan kesadaran kolektif untuk menghapus diskriminasi.
“Patriotisme perempuan bukan hanya soal mengangkat senjata, tetapi juga tentang bagaimana mereka berkontribusi dalam pembangunan bangsa di berbagai bidang. Dengan semangat yang sama seperti para pendahulu, perempuan masa kini harus terus maju, memastikan bahwa kesetaraan dan
keadilan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” tandasnya./RD
Page: 1 2
RIAU - PT Perkebunan Negara(PTPN) IV Regional III mengajukan gugatan wanprestasi terhadap Koperasi Produsen Petani…
RIAU - Mantan Ketua Koperasi Produsen Petani Sawit Makmur (KOPPSA-M), Mustaqim menyampaikan Hak Jawab kepada…
Pasar properti Indonesia sedang booming, menarik investor lokal dan internasional yang mencari usaha yang menguntungkan.…
TOBA - Pengadaan Pupuk Subsidi Progam Ketahanan Pangan(Ketapang) di Desa Sitoluama, Kecamatan Laguboti mencuat dalam…
Meta Indonesia bersama bitbybit dan Blend Media sukses menyelenggarakan acara “WhatsApp + AI Commerce, from Chat…
LINGGA - Bupati Lingga, Muhammad Nizar dan Wakil Bupati Lingga, Novrizal, Safari Ramadan 1446 H/2025…
This website uses cookies.