Palu diketok. Pena digores. Tinta pun tertoreh. Jabatan ex-officio sudah di tangan. Pertanda teka-teki perampingan kepemimpinan di Batam sah dan siap dijalankan.
Muhammad Rudi, ialah Wali Kota Batam yang akan menggawangi Badan Pengusahaan (BP) Batam setelah peraturan ex-officio resmi ditetapkan pemerintah pusat. Dualisme kepemimpinan di Batam yang disebut-sebut sebagai pengganjal pembangunan kota perbatasan itu kini sudah terselesaikan.
Kepemimpinan Muhammad Rudi sebagai Wali Kota sekaligus Kepala BP sebenarnya sangat biasa untuk dibicarakan. Pembangunan kota Batam mulai hari pelantikan -yang di undur- sangat mudah untuk diprediksikan. Hidupnya dua mesin mendorong satu pesawat tentu lebih kuat. Pasti Maju. Pasti. Yakin saja.
Dapat dibayangkan, tarik ulur kebijakan antar dua institusi besar ini nyaris bakal tak ada lagi. Bagaimana mungkin tarik ulur muncul jika pemegang kendalinya satu kepala. Sinergi antara BP dan Pemko Batam melalui satu kepemimpinan seperti sekarang, sangat mempernudah pembangunan kota Batam. Tentunya tetap dengan tantangan yang dimiliki zaman.
Agenda Penting Kota Batam
Agenda penting lain di Kota Batam pasca penetapan ex-officio adalah pemilihan kepala daerah atau Pilkada. Tahun 2020 mendatang Batam dan Kepri akan menggelar pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih kepala daerahnya masing-masing. Wali Kota untuk Batam dan Gubernur untuk Kepri.
Peserta utama pilkada secara umum adalah partai politik. Meski secara undang-undang jalur independen diperbolehkan. Namun cost politik menjadi terlalu mahal untuk jalur ini. Sehingga jalur partai politik menjadi pilihan favorit bagi siapa saja yang berhasrat menjadi seorang kepala daerah.
Beberapa minggu terakhir, partai-partai politik di tingkat kota maupun provinsi mulai memanaskan mesin parpol guna mepersiapkan pencalonan kepala daerah. Partai-partai politik pemenang suara terbanyak saling usul kader-kader pilihan untuk dijagokan dalam pilkada 2020. Baik di pemilihan Wali Kota maupun pemilihan Gubernur.
Ada 4 partai pemenang suara terbanyak pada pemilihan umum legislatif kemarin yang diantaranya adalah PDI P di urutan pertama serta berhak menduduki jabatan ketua DPRD Kota Batam. Kemudian disusul Nasdem, Golkar dan Gerindra.
Dalam kontestasi Pilwako, Muhammad Rudi sangat diunggulkan sebagai petahana atau incumbent. Meski beberapa nama seperti Amsakar Achmad, wakil Wali Kota Batam juga diunggulkan dalam konteks Partai Nasdem sebagai pengusung Amsakar untuk meneruskan visi pembangunan Wali Kota saat ini.
Nama berikutnya yang perlu diperhitungkan adalah Nuryanto. Meski jarang dibicarakan dalam berbagai berita pencalonan Pilwako Batam, namun ketua DPC PDI P juga Ketua DPRD Batam dua periode tersebut memiliki kans kuat maju di Pilwako Batam mengingat partainya adalah pemenang Pileg 2019.
Yang juga tak bisa dikesampingkan dalam peta pencalonan Wali Kota adalah masuknya beberapa nama petinggi parpol lain seperti Ruslan M Ali Wasyim dari Golkar serta Iman Sutiawan dari Gerindra. Kedua nama ini penting dipertimbangkan melihat parpolnya termasuk salah satu pemenang dalam Pileg kemarin.
Selain itu beberapa nama tokoh non parpol yang telah melamar sebagai bakal calon juga patut dipertimbangkan. Nama-nama besar mantan Kepala BP Batam yaitu Mustofa Widjaya serta Lukita Dinarsyah Tuwo sangat potensial mendapat dukungan Partai dalam kontestasi Pilwako. Bagaimanapun peran pembangunan kota Batam dari kedua mantan kepala BP Batam masih membekas di hati masyarakat. Demikian juga pada persoalan kemampuan kepemimpinan yang rasanya tak perlu diragukan.
Siapa paling Berpeluang?
Jika pertanyaannya siapa yang memiliki potensi memenangkan kontestasi politik di Pilwako Batam 2020, tentu ketujuh nama di atas sama-sama berpotensi. Namun apabila pertanyaannya adalah potensi paling besar untuk menang, maka pilihan tak mungkin selain Muhammad Rudi. Kiprah Rudi sudah cukup lama dalam pemerintahan Kota Batam sejak mendampingi Ahmad Dahlan sebagai Wakil Wali Kota hinnga menjabat Wali Kota selama periode 5 tahun terakhir. Itu artinya hampir dapat dipastikan peluang kemenangan incumbet dalam kontestasi Pilwako Batam 2020 sangat terbuka.
Persoalannya jika pasangan Wali Kota dan Wakilnya tetap dipasangkan, dapat menjadi preseden buruk lantaran saat ini keduanya berasal dari partai yang sama. Kemungkinan untuk kembali mengusung pasangan ini sangat minim dilanjutkan. Mau atau tidak Rudi-Amsakar akan cukup di satu periode. Pilihan berat bagi partai Nasdem adalah tetap mengusung Rudi di Pilwako 2020 atau mengusung Amsakar di Pilwako lalu mendorong Rudi untuk bertarung di Pilgub Kepri 2020.
Sementara desas-desus pengusungan Rudi untuk maju di Pilgub bukanlah rahasia lagi. Selain dianggap memiliki banyak dukungan, Rudi saat ini menjadi satu-satunya kader partai Nasdem yang paling menonjol dan paling memungkinkan di usung dalam Pilgub Kepri.
Masalah kedua adalah apakah Rudi akan mau begitu saja melepas Batam untuk bertarung pada ketidakpastian di Pilgub Kepri. Tidak ada jaminan bagi Rudi untuk memenangkan pertarungan di Pilgub Kepri. Berbeda halnya jika Rudi bertahan untuk maju di Pilwako Batam. Garansi kemenangan lebih besar. Lantas kemana Amsakar ditempatkan?
Konstelasi politik di Pilkada Batam dan Kepri 2020 pada satu sisi menyulitkan langkah Nasdem dalam mengambil keputusan. Di sisi lain, parpol-parpol pemenang Pileg tentu tak mau begitu saja memberikan porsi lebih banyak kepada Nasdem. Biar bagaimanapun PDI P sebagai pemenang Pileg menjadi pesaing berat partai Nasdem dalam Pilkada 2020.
Belajar dari Pilpres
Pilpres 2019 yang dimenangkan oleh incumbent atau Jokowi memberikan pelajaran penting bagi kebijakan partai politik dan koalisi dalam pengambilan kebijakan. Khususnya penentuan pengusungan pasangan calon.
Pertama, sebagai calon presiden Jokowi diusung oleh partai PDI P sebagai partai pemenang Pileg. Bergaining PDI P dalam Pilpres memaksa partai peserta koalisi diam saat keputusan pasangan calon Wakil Presiden diambil dari tokoh non parpol.
Konstelasi politik di Pilpres yang cukup memanas membuat keputusan tersebut dinilai paling tepat dalam menjawab kebutuhan pemenangan. Dan semua partai koalisi akhirnya menerima keputusan tanpa penolakan. Ini suksesi pertama.
Kedua, pasangan Jokowi-Ma’ruf (Parpol-non Parpol) terbukti mampu menciptakan kemenangan di Pilpres. Ini suksesi kedua sekaligus menunjukkan soliditas partai peserta koalisi.
Pilkada Kota Batam dan Provinsi Kepri menjadi target tersendiri bagi partai politik untuk sekedar berkoalisi atau justru ambil bagian dalam kontestasi. Perhitungan matang demi menang akan menguras banyak energi partai demi menentukan siapa paling pantas dan layak mengambil hati rakyat Batam maupun Kepri.
Editorial Redaksi swarakepri.com