Begitu pula dengan kehidupan. Kehidupan bukan masalah harta yang kita dapatkan, akan tetapi bagaimana memaknai harta yang kita punya untuk membuat hidup kita lebih berharga secara batin, bukan hanya secara nominal.
Ada pepatah Jawa bilang, “urip kuwi golek jeneng, ojo golek jenang”, terjemahan bebasnya, yaitu hidup itu cari nama bukan cari makan”, maksudnya begini, hidup itu harus bermanfaat (bagi orang banyak) sehingga membuat nama yang baik, bukan hidup hanya cari harta tapi tidak membuat perbedaan apa–apa.
Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu agama, sebaik-baiknya manusia adalah, manusia yang berguna dan bermanfaat untuk yang lainnya. Jika tidak bermanfaat, apa bedanya dengan sebuah patung yang tidak bernyawa.
Sama halnya dengan bersepeda, buat apa punya sepeda kalau cerita yang kita punya hanya pada saat kita membelinya, akan tetapi bukan pada saat menaikinya. Bukankah menaikinya itu terlihat dan terasa lebih menarik, dibandingkan hanya bisa membeli namun tidak bisa menikmatinya.
Jadi, apapun rintangan dan hambatan dalam hidup ini, janganlah dihindari namun dijalani, seperti dalam bersepeda, meskipun kita mengkayuh dibawah terik matahari yang sangat menyengat kulit, tetap konsisten kayuh sepeda tersebut hingga tujuan yang diharapkan, yang hasilnya akan menyenangkan karena dapat melalui berbagai lika liku selama perjalanan.
Ingat sebuah proses tidak akan menghianati hasil. Ingat pesan moral seperti apa yang disampaikan oleh Karumkital dr. Midiyato Suratani, Kolonel Laut (K) dr. Edwin M Kamil bahwa tidak ada yang tidak mungkin, jika kita yakin, semua bisa terlampaui. (MJA/Dispen RSAL dr. MDTS)