Bahkan pada saat Ketua PKK Kabupaten Lingga mengikuti kegiatan di kota batam yang serius membahas tengang penanganan Pencegahan Stunting.
Ketua TP-PKK Kabupaten Lingga, Maratusholiha Nizar, dengan penuh semangat menghadiri acara Temu Regional Konsolidasi Intervensi Serentak Pencegahan Stunting Tahun 2024 di Convention Hall Nagoya Hill Batam.
Kegiatan ini merupakan langkah konkret dalam mendukung upaya pencegahan stunting di Indonesia dimulai sejak tanggal 6-7 Mei 2024.
Acara ini diselenggarakan oleh BKKBN RI dengan tujuan untuk menyatukan visi dan misi dalam penurunan angka stunting di tanah air.
Kehadiran Maratusholiha Nizar sebagai perwakilan Kabupaten Lingga menegaskan komitmen kuat pemerintah daerah dalam mengatasi masalah stunting.
Maratusholiha Nizar menegaskan keseriusannya dalam menjalankan program pencegahan stunting.
“Kehadiran kami pada pertemuan ini, menunjukkan keseriusan berpartisipasi dalam program pencegahan stunting,” katanya.
Ia berjanji akan terus mengimplementasikan dengan sungguh-sungguh berbagai intervensi yang telah direncanakan.
“Demi memastikan setiap anak memiliki akses terbaik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,” ujarnya.
Partisipasi aktif Maratusholiha Nizar dalam acara tersebut menjadi bukti nyata dari keseriusan dan keaktifan Kabupaten Lingga dalam upaya pencegahan stunting.
Karena diketahui Berdasarkan SKI Tahun 2023, Prevalensi Balita stunting Indonesia sebesar 21,5%. Hanya turun sebesar 0,1% dan Mengalami perlambatan penurunan.
Diharapkan dengan kerjasama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait lainnya, Kabupaten Lingga dapat menjadi contoh keberhasilan dalam mengatasi stunting di Indonesia.
Bahkan beberapa waktu lalu Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lingga menggelar dapur sehat atasi stuntuing atau Dashat di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga.
Kegiatan yang ditaja Dinkes Lingga itu dipantau langsung oleh Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN RI Nopian Andusti.
Menurutnya, ini merupakan salah satu cara mengolah makanan yang murah meriah namun bergizi.
Dan ini adalah program memberikan makanan tambahan kepada keluarga-keluarga yang beresiko stunting.
Dijelaskannya, keluarga yang beresiko stunting seperti pasangan usia subur, ibu hamil, pasca salin, ibu menyusui dan anak di bawah 5 tahun dan 2 tahun untuk diberikan tambahan asupan makanan gizi seimbang secara rutin yang diberikan lebih kurang 6 bulan secara berturut-turut.
Deputi BKKBN RI ini berharap, kegiatan ini dapat diteruskan dan dikembanbkan dari berbagai sumber dana yang dapat dialokasikan kegiatan tersebut.
Seperti bantuan dari masyarakat, pelaku usaha melalui CSR, Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah jika ikhlas dan mampu dalam memberikan bantuan dalam bentuk bapak asuh anak stunting, khususnya dalam rangka menyiapkan dapur sehat atasi stunting di desa-desa seluruh indonesia khususnya desa yang ada di Kabupaten Lingga./ADV