BATAM – Salah seorang warga Kavling Kosong Piayu berinisial AG mengaku terpaksa mengambil jatah Raskin untuk dikonsumsi keluarganya sejak suaminya kena PHK beberapa bulan lalu oleh salah satu perusahaan di kawasan Industri Kabil, Batam, Kepulauan Riau.
“Ini terpaksa mas diambil, karena sudah tidak ada yang di makan lagi. Apalagi sejak suami saya di PHK,” ujar perempuan setengah baya ini di Kantor Keurahan Mangsang, Sei Beduk, Rabu(24/2/2016) pagi.
Ia mengatakan, jatah Raskin yang diberikan Pemerintah Kota Batam tersebut sebenarnya tidak layak dimakan, selain warnanya yang tidak putih lagi, baunya apek dan kadang banyak kutunya.
“Sebenarnya tidak layak dimakan mas dan lebih cocok untuk makanan ayam, karena warna selain sudah kuning, baunya juga sangat apek kadang malah ada banyak kutu di dalam beras,” ujarnya.
Meski demikian ia mengaku masih bersyukur dengan adanya bantuan beras raskin dari Pemerintah Kota Batam tersebut, ditengah himpitan ekonomi yang dialami keluarganya saat ini.
“Sekedar makan saja, keluarga kami sudah sulit mas,” ujarnya lirih.
Ia juga berharap agar bantuan Raskin tidak tersendat lagi seperti bulan Januari 2016 lalu, dan bisa bisa tepat sasaran ke warga yang benar-benar membutuhkannya.
“Kami sebagai warga kecil hanya bisa berharap mas, bantuan ini jangan sampai salah sasaran dan tersendat lagi seperti bulan Januari lalu, apalagi ada kepentingan dari oknum-oknum tertentu,”terangnya.
Untuk diketahui setiap warga yang menerima jatah raskin adalah sesuai data miskin dari Badan Pusat Statistik(BPS) tahun 2009. Setiap bulan warga menerima jatah Raskin sebesar 15 kg per KK dengan membayar Rp 24 ribu kepada petugas kelurahan bagian distribusi.
Pantauan dilapangan, warga Kelurahan Mangsang yang mengambil Raskin didominasi kaum perempuan.
(red/CR 3)