“Mengutip dari para ahli gas air mata dalam tingkat tertinggi pun tidak mematikan. Dari para penjelasan dokter ahli dan spesialis yang menangani para korban baik yang meninggal dunia maupun luka menyebutkan tidak satu pun penyebab kematian adalah gas air mata. Penyebab kematian adalah kekurangan oksigen karena terjadi berdesak-desakan kemudian terinjak-injak,” katanya, Senin (10/10).
Seperti diketahui, sedikitnya 132 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan sepak bola Liga 1 antara Arema FC Malang melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam. Tragedi itu berawal saat sejumlah penonton mencoba masuk ke dalam lapangan hanya untuk memberikan semangat dan pelukan kepada pemain Arema FC usai dikalahkan Persebaya. Namun, aksi itu malah dibalas polisi dengan tembakan gas air mata ke arah tribun penonton./VOA
BATAM - Batam, 19 September 2024 – Dalam rangka mendukung pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebijakan…
YOGYAKARTA - Animal Friends Jogja (AFJ) kembali menghadirkan AFJ F.A.I.R #2 (Farmed Animals Initiative Response)…
Kementerian Kominfo dan Nexticorn Foundation akan menyelenggarakan NextHub Global Summit 2024 di Bali, 23-25 September,…
SLEMAN - Kepolisian Resor Kota(Polresta) Sleman, Yogyakarta menetapkan Direktur PT Inti Hosmed selaku pengembang kawasan…
Myaku-Myaku, maskot resmi World Expo 2025 Osaka, memulai debutnya di Indonesia dalam acara Jak-Japan Matsuri…
Praktik 'orang dalam' dalam rekrutmen masih menjadi masalah? Jangan khawatir! Talentsprintz hadir sebagai solusi inovatif…
This website uses cookies.