VOA – Hafida Sahraouia mengamati puing-puing setelah gempa bumi mengguncang kawasan bersejarah Yahudi, bagian dari kota tua Marrakesh, pusat wisata Maroko.
“Kota it seperti dijatuhi bom,” katanya kepada AFP pada Sabtu (9/9), setelah gempa berkekuatan 6,8 magnitudo mengoyak negara Afrika tersebut pada Jumat (8/9). Gempa itu berpusat di barat daya Marrakesh dan menelan ribuan korban jiwa.
Rumah Sahraouia sendiri luluh-lantak menjadi puing, tuturnya di antara jalan-jalan sempit yang dipenuhi pecahan atap kayu dan puing-puing lain dari bangunan yang runtuh di kawasan yang berusia berabad-abad.
“Kami sedang menyiapkan makan malam ketika kami mendengar sesuatu seperti ledakan. Karena panik, saya segera keluar bersama anak-anak saya. Sayangnya rumah kami runtuh,” kata Sahraouia, 50 tahun.
Dia dan keluarganya menyelamatkan diri ke lapangan besar di pinggir distrik, dan kini menghadapi masa depan yang tidak pasti.
“Kami kehilangan segalanya,” katanya.
Seorang tetangga, Mbarka El Ghabar, juga menyaksikan rumahnya hancur akibat gempa terkuat dalam sejarah Maroko.
Kota tua, atau medina, Marrakesh masuk dalam daftar Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO). Tempat wisata tersebut berhasil menarik turis sehingga menopang sekitar tujuh persen perekonomian Maroko.
“Kami tertidur ketika gempa terjadi. Sebagian atap runtuh dan kami terjebak di dalam, teapi saya dan suami berhasil melarikan diri,” Ghabar menceritakan setelah peristiwa “mimpi buruk” tersebut.
Bagi yang lain, kehilangan itu bahkan lebih menyakitkan.
Fatiha Aboualchouak mengatakan keponakannya yang berusia empat tahun termasuk di antara lebih dari 1.000 orang yang tewas.
“Saya tidak mempunyai kekuatan untuk berbicara,” kata Aboualchouak, berusia 30-an, dengan suara lemah./VOA